Tantangan Penyuluhan Pertanian, Jurusan Agribisnis Faperta Unmul Gelar Kuliah Umum

Tantangan Penyuluhan Pertanian, Jurusan Agribisnis Faperta Unmul Gelar Kuliah Umum

CYBER88 | Samarinda -- Kuliah umum bertajuk “Tantangan Penyuluhan Pertanian di Indonesia” berlangsung sukses dengan format hybrid di Gedung Bundar Fakultas Pertanian (Gedung Rachmad Hernadi). Acara ini menggabungkan dua mata kuliah, Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian serta Etika Profesi Penyuluhan, yang digagas oleh tim pengampu mata kuliah  yang terdiri dari Midiansyah Effendi, Dina Lesmana,  Gisky Andria Putra, Qurratu Aini, Firda Juita dan Saripah Nurfillah Untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai dinamika dan realitas di lapangan, khususnya dalam dunia pertanian.

Kuliah ini juga menghadirkan Dr. Ir. Hery Bachrizal Tanjung, M.Si, Sekretaris Asosiasi APP KPPMI periode 2021-2025, sebagai narasumber utama.

Firda Juita salah satu dosen pengajar dari mata kuliah memberikan informasi  terkait kegiatan kuliah umum yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 14 November  2024 ini dihadiri langsung oleh 105 mahasiswa semester 1 dan 5 dari Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, serta mahasiswa dari Universitas Adzkia Padang, Politeknik Lingga, dan Universitas Borneo Tarakan yang mengikuti melalui Zoom. Dosen-dosen dari universitas tersebut turut bergabung, dengan total peserta mencapai sekitar 150 orang.

Dalam kuliah ini, Dr. Hery Bachrizal Tanjung memaparkan 9 elemen penting dalam paradigma penyuluhan masa kini dan masa depan serta 5 tantangan internal yang perlu diatasi untuk meningkatkan profesionalisme penyuluh.

Antusiasme peserta tampak dari diskusi yang mencakup upaya meningkatkan partisipasi petani dalam penyuluhan dan mengatasi berbagai tantangan penyuluhan, termasuk keterbatasan sumber daya, dukungan keuangan, serta kesenjangan pengetahuan dan sikap penerima manfaat.

Tantangan ini diperparah oleh kompetensi penyuluh yang masih kurang optimal, sehingga beberapa solusi disarankan, seperti penguatan pelatihan dan peningkatan kapasitas penyuluh, pemanfaatan teknologi digital, serta penerapan pendekatan berbasis komunitas.

Langkah strategis ke depan meliputi pengembangan penyuluhan berbasis data, evaluasi berkelanjutan, kolaborasi dengan perguruan tinggi dan industri, serta peran pemerintah yang lebih aktif. Ketua panitia, Midiansyah Effendi, mengilustrasikan tantangan ini sebagai arus deras di hulu sungai yang membutuhkan kesiapan matang.

Untuk menaklukkan arus tersebut, diperlukan beberapa elemen kunci: kaki yang kokoh, simbol ketahanan SDM petani yang masih mengandalkan teknologi tradisional; tubuh sebagai cerminan peran penyuluh yang sering terbatas jumlahnya; pelampung sebagai simbol sarana dan prasarana, seperti motor dan akses internet; tonggak kayu penahan yang merepresentasikan lembaga pendukung, seperti kelompok tani dan dinas terkait serta tali pengaman yang terdiri dari SOP, aturan, dan landasan hukum untuk penyuluhan.

Dengan sinergi dari seluruh elemen ini, diharapkan penyuluhan pertanian di Indonesia dapat semakin optimal, berdampak positif, dan mendukung kemajuan sektor pertanian di masa depan. (rhp)

Komentar Via Facebook :