Camat Pamulihan Curi Start Gebrak Dunia Pendidikan Sumedang
CYBER88 | Sumedang — Didasari rasa kepedulian akan arti pentingnya dunia pendidikan di tengah kehidupan masyarakatnya sendiri, Rohana selaku Camat Pamulihan menggelar acara sosialisasi Pendidikan Merdeka Belajar di Gedung Phoenix, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (28/8/24).
Selain dihadiri seluruh ketua BPD dan kepala desa yang ada di Kecamatan Pamulihan, tampak hadir juga dalam acara tersebut beberapa tamu undangan, di antaranya Kepala Dinas Pendidikan Sumedang, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah, berikut dari Caraka Budaya Sunda, Endah dan Ahmad Surya
Kemudian, hadir juga tamu undangan sekaligus sebagai narasumber dalam acara tersebut seperti Dr. Ir. Surahman beserta Budi Yuniarsa, S.E., M.Si. atau yang lebih dikenal oleh warga Sumedang sendiri sebagai Profesor Desa.
Acara yang dimulai pada pukul 13:00 WIB ini dibuka langsung oleh Camat Pamulihan dengan mengabil tema, "Mengusung Spirit Pendidikan Merdeka Belajar di Kecamatan Pamulihan".
Dalam sambutannya, Camat mengatakan, "Berbicara masalah pendidikan, kebetulan Kecamatan Pamulihan itu belum punya sekolah untuk Tingkat SMA. Dengan adanya acara hari ini, mudah-mudahan apa yang selama ini kita harapkan akan adanya sekolah yang setara dengan SMA di Pamulihan bisa terwujud."
Budi Yuniarsa selaku Narasumber mengatakan, "Melihat potensi yang begitu besar di Kecamatan Pamulihan untuk membangun konsep Integrated Education System, berdasarkan hasil dari analisa saya sendiri, Khusus untuk dipamulihan yang berjumlah 11 Desa yang notabene disetiap Desa itu potensi untuk membuka lahan pertanian, peternakan serta perikanan sudah ada dimasing masing Desa."
"Maka, hal inilah yang mendorong saya untuk secepatnya membangun Desa Mandiri yang didukung dengan Sumber daya manusianya yang berkualitas. Adapun untuk meningkatkan SDM yang berkualitas khusunya untuk anak anak para petani dan peternak yang putus sekolah, di sisi lain mereka itu ingin melanjutkan sekolahnya yang setara dengan SMA sekarang ini saya sudah membuka Sekolah Agra Bisnis yang sama sekali tidak dipungut biaya," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, Sekolah Agro Bisnis dibaginya menjadi 3 klasifikasi sistem pembelajaran. Pertama, dibuka kelas untuk siswa atau siswi yang sanggup belajar sekaligus mondok di sekolah. Kedua, dibukanya pembelajaran untuk siswa dan siswi yang bersedia masuk dari jam 08.00 pagi dan pulang Jam 16.00 sore. Sementara yang ketiga, dibuka pembelajaran bagi siswa dan siswi secara online, namun untuk satu hari mereka wajib datang ke sekolah untuk uji Praktek.
Maka dari itu untuk masalah penilaian kelulusan, lanjut Budi, dirinya akan memberikan nilai lulus kepada siswa kalau memang mereka itu bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk usaha orang tuanya.
Contoh kecil, Biasanya orang tuanya itu berhasil panen dari satu petak sawah itu 7 kwintal, setelah dibantu oleh anaknya yang sekolah di Agro bisnis, hasil panennya itu bisa mencapai 9 kwintal. Berarti siswa tersebut dinyatakan lulus.
Dengan ini, Ia memohon bantuannya kepada semua kepala desa agar segera memberikan data data anak petani atau peternak yang memang putus sekolah tidak sempat bisa melanjutkan ketingkat SMA atau SMK tetapi tetap ingin sekolah .
Masih dalam kesempatan tersebut, Kusman selaku Ketua Yayasan Agro Bisnis sempat mengatakan bahwa, konsep sekolah agrobisnis ini sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 2014 dengan jumlah siswa kurang-lebih 200 orang yang keseluruhannya gratis, tak dipungut biaya sepeserpun.
Namun setahun kemudian, jumlah siswa makin lama makin menurun. Dari hasil penelitiannya selaku pemilik yayasan, ternyata yang menjadi persoalan pada waktu itu setiap siswa rata rata mengeluh terkait akan biaya transportasi.
"Maka dengan adanya Pak Budi dan Pak Surahman, sekarang ini saya akan membuka lagi sekolah Agro Bisnis ini dengan sistem pembelajaran sebagaimana tadi yang telah disampaikan rekan saya. Kami ingin menjadikan Masyarakat Sumedang itu menjadi masyarakat yang kaya dan berbudi pekerti yang tinggi, jangan sampai para pejabatnya saja yang menjadi kaya itu," harapnya.
Usai acara tersebut, salah satu tokoh masyarakat Desa Mekarbakti Rosadi mengatakan, bahwa untuk Desa Mekarbakti sendiri sudah berjalan mengembangkan jenis tanaman kacang sacha inchi berikut dengan Pupuk Organik Cair (POC) yang mana di bawah naungan BumDesa Wahana Bakti Desa Mekarbakti, Kecamatan Pamulihan, Sumedang.
"Saya berharap dengan adanya acara seperti ini, Pemerintah Kabupaten Sumedang khususnya Dinas Pertanian dan Peternakan beserta Dinas Pendidikan lebih signifikan dalam memberikan perhatiannya pada kami semua. Yang saya butuhkan sekarang, khususnya dari petani, tak lain hanyalah subsidi dari hasil panen," tutupnya.
[Kijadug]
Komentar Via Facebook :