Pemkab Majalengka Terus Fokus Tekan Angka Stunting Menuju Zero 

Pemkab Majalengka Terus Fokus Tekan Angka Stunting Menuju Zero 

CYBER88 | MAJALENGKA — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka fokus menekan angka stunting dan mencegah munculnya kasus baru. Sejumlah langkah juga disiapkan untuk menangani kasus stunting di Kabupaten Majalengka yang kini jumlahnya mencapai 3,12 persen.

Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, mengatakan, pada 2023 kasus stunting di Kabupaten Majalengka menurun menjadi 3,12 persen atau 2.465 balita dari jumlah total yang diukur sebanyak 79.101 balita. Ia berharap, angka tersebut menurun setelah Survey Status Gizi Indonesia dilaksanakan di Majalengka.

"Kami sudah membentuk Tim Updater Data untuk mengupdate balita-balita di desa yang ditentukan untuk memastikan ada di situ. Nantinya, akan dijadikan sampel saat Survey Status Gizi Indonesia 2024 dilaksanakan di Majalengka. Kami berharap, angka stunting tahun ini menurun," katanya, Selasa (15/10/2024).

Karenanya, Pemkab Majalengka pun mengusung tema Menuju Majalengka Zero Stunting dalam Majalengka Berbicara (Mabar) volume ke-8 di Gedung Yudha Majalengka. 

Kegiatan itu menghadirkan Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majalengka, Asri Febriantini, dan Dokter Spesialis Anak RSUD Majalengka, dr Ratih Eka Pujasariq, sebagai narasumber.

Dalam paparannya, dr Ratih Eka Pujasari, mengatakan, deteksi dini adalah kunci mencegah stunting. Pasalnya, jika balita dinyatakan mengalami stunting maka termasuk kategori terlambat dalam pencegahannya. Namun, pihaknya memastikan, upaya untuk penanganannya tetap bisa dilaksanakan.

"Pencegahannya itu yang jelas nutrisi ibu hamil harus terpenuhi, karena stunting pada dasarnya dari anak normal tapi kekurangan nutrisi secara kronik akhirnya kenaikan berat badan maupun tinggi badannya tidak sesuai target dari anak-anak seusianya," ujarnya.

Menurutnya, biasanya orang tua belum mengetahui anaknya mengalami indikasi stunting akibat pertumbuhannya tidak sesuai target. Padahal, saat baru diketahui bahwa kenaikan berat badan anak tidak sesuai target harus segera diintervensi melalui pemberian makanan tambahan agar kebutuhan nutrisinya tercukupi.

"Kemungkinannya bisa juga anak ini sakit, sehingga yang dimakannya tidak cukup untuk pertumbuhannya. Kalau tidak diintervensi berat badannya akan berkurang terus, kemudian tubuhnya ini menurunkan kenaikan tinggi badan untuk menjaga keseimbangan status gizi baik, dan akhirnya menjadi gizi buruk lalu stunting," paparnya.

Karenanya, pihaknya mengingatkan masyarakat segera ke dokter apabila kenaikan berat badan anaknya tidak sesuai target. Stunting juga berdampak buruk baik jangka pendek misalnya penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, dan jangka panjangnya penurunan fungsi kecerdasan yang mengakibatkan poin Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu, Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Majalengka, Asri Febriantini, menyampaikan, terdapat 21 anggota Tim Updater Data yang mengupdate balita di desa-desa yang menjadi lokus untuk dilaporkan ke sistem yang telah disiapkan. Bahkan, hingga 11 Oktober 2024 progres pelaporan dari Tim Updater Data tersebut mencapai 96,29 persen.

"Pencapaian ini menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Barat, dan Tim Updater Data Kabupaten Majalengka juga sejauh ini tidak ada kendala dalam menggunggah data ke sistem. Padahal, daerah lain rata-rata kesulitan saat mengunggah data tersebut atau ketika turun ke lapangan," ungkapnya.

Pasalnya, Pemkab Majalengka menurunkan camat, kepala desa, hingga puskesmas untuk mengawal Tim Updater Data untuk memastikan balita yang menjadi sasaran tersebut dikunjungi. Pihaknya berharap, hasil Survey Status Gizi Indonesia 2024 kasus stunting di Kabupaten Majalengka menurun.

Ia pun optimistis target nol persen kasus stunting di Kabupaten Majalengka bakal tercapai asalkan konvergensi penanganannya berjalan lancar. Saat ini, Pemkab Majalengka menargetkan zero new stunting atau tidak ada kasus baru, dan menekan kasus stunting yang kini tersisa 3,12 persen tersebut.

"Saat ini, kami menyasar remaja harus bebas anemia, dan jika ditemukan ada remaja yang anemia maka langsung diintervensi. Selanjutnya kami juga mendampingi ibu hamil untuk memastikan minimal diperiksa enam kali selama kehamilannya, dan bayi yang baru lahir diupayakan mendapat ASI eksklusif selama enam bulan," pungkasnya.(Iwan K)

Komentar Via Facebook :