Dinilai Adanya Kemerosotan Moral Anak Bangsa, Gada AMS Sentuh Sektor Pendidikan

Dinilai Adanya Kemerosotan Moral Anak Bangsa, Gada AMS Sentuh Sektor Pendidikan

CYBER88 | Bandung – Dampak pandemi Covid-19 di Indonesia tidak hanya menyerang lini ekonomi, tapi juga pendidikan. Adanya pembatasan kontak fisik antarmanusia, meniadakan sementara metode pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah. Padahal kontak fisik sangat diperlukan dalam efektivitas metode pendidikan, terlebih di usia sekolah dasar.

Pendidikan jarak jauh mengharuskan siswanya memiliki gadget untuk mendukung sekolahnya. Sehingga tanpa kontrol penuh dari orang tua, anak dapat mengakses internet secara liar. Tak ayal, mereka menelan informasi secara mentah tanpa filter dengan leluasa yang berdampak pada kemerosotan moral penerus bangsa.

Kondisi tersebut yang melandasi Gada AMS (Generasi Muda Angkatan Muda Siliwangi) untuk bergerak sebagai wujud andil dalam memajukan negeri. Diketuai oleh Rendra Wibawa Setiawan di bawah naungan Noery Ispanji Firman selaku Ketua Umum Angkatan Muda Siliwangi (AMS) sebagai Pembina Gada AMS, melakukan gebrakan awal dengan mengadakan seminar pendidikan.

Kamis (14/4), Aula SMKN 7 Kota Bandung menjadi lokasi yang dipilih dalam kegiatan Seminar Budaya Mengajar di Era Digital yang bertema "Optimalisasi SDM Pengajar Menuju Pendidikan Berkualitas". Seminar diisi oleh Prof. DR. Cecep Darmawan selaku Guru Besar UPI, Dedi Supandi selaku Kadisdik Provinsi Jawa Barat, Achyar Al Rasyid sekali Koordinator PPI Asia-Oceania, dan Asep B. Kurnia (Aa Maung) selaku Ketua Umum LBP2.

Rendra Wibawa Setiawan, Ketua Umum Gada AMS. (DPA)

Rendra mengungkapkan, bahwa pendidikan adalah akar dari peradaban. Pendidikan juga menjadi salah satu ladang untuk mengabdi, yang nantinya akan digarap dalam program Gada AMS untuk 5 tahun kedepan. Hal ini juga menjadi wujud usaha dalam membangun generasi emas.

Menurutnya, pandemi sangat berpengaruh terhadap anak atas aktivitasnya di sekolah. Di usia anak-anak, tujuan mereka ke sekolah ialah untuk bermain, bersosialisasi, dan belajar. Ketika ruang sekolah pindah ke rumah, banyak hal yang tidak mereka dapat. Maka, hal ini menjadi penting untuk didiskusikan untuk menimbulkan gagasan baru di dunia pendidikan.

Pada diskusi tersebut menurut Rendra, menganalisa adanya kebiasaan-kebiasaan baru di era digital juga ancaman-ancaman di balik revolusi 4.0 dan industri 5.0 yang harus disesuaikan oleh insan pendidikan.


Sementara pada kegiatan tersebut menargetkan guru-guru sebagai peserta, namun berikutnya menargetkan siswa-siswanya dengan program bootcamp.

Rendra juga menyebut, di dalam Undang-Undang dengan jelas menyatakan yang bertanggung jawab dalam pendidikan tidak hanya guru, tapi juga semua kalangan termasuk organisasi kemasyarakatan memiliki tanggung jawab yang sama.

Sedangkan perubahan zaman sangat membutuhkan penyesuaian yang perlu didiskusikan sebagai kesiapan agar tidak tergerus perubahan.

"Kurikulum kita masih normatif, belum sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada. Bahkan bukan hari ini saja, mungkin dari zaman saya (sekolah) pun masih normatif. Ilmu yang di dapat di sekolah bukan hanya tempat belajar, mungkin 20-30 persen yang saya rasakan. Tapi yang membangun karakter saya sampai saat ini adalah lingkungan. Artinya sumbangsihnya pendidikan terhadap pembangunan karakter manusia masih sangat sedikit," tutur Rendra.

ia menambahkan, "Karena proses transfer pendidikan dari guru ke murid di ruang kelas sifatnya normatif. Murid hanya berkeinginan menggugurkan kewajibannya terhadap orang tua, sedangkan guru sebagai tenaga pengajar yang mengharapkan gaji. Jadi, esensi pendidikan yang berjalan belum ideal karena kepentingan masing-masing."

Ketua Umum AMS selaku Pembina dari Gada AMS yang kerap disapa "Kang Noery" menyampaikan, bahwa pendidikan adalah pondasi bagi penerus bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan baik, maka generasi yang akan datang akan kurang baik.

Noery Ispandji Firman, Ketua Umum AMS (DPA)

Alasan Gada AMS berfokus kepada pendidikan, menurut Kang Noery, karena pendidikan dan kesehatan ialah wajib untuk warga negara di dalam UUD '45. Jadi Generasi Muda AMS yang selama ini merasakan pendidikan, berperan mengevaluasi kecocokan sistem pendidikan dengan kondisi saat ini.

"Kalau disejajarkan antara orang tua dahulu dengan anak lulusan sekarang kualitasnya menurun. Karena anak sekolah sekarang, lulus sekolah pun lupa dengan butir-butir pancasila. Hal ini menjadi masalah yang harus dipecahkan," ungkap Kang Noery.

Kondisi pendidikan di masa pandemi saat ini, Kang Noery menilai sangat sulit bagi seorang murid bisa hebat tanpa bertemu gurunya. Meskipun kemajuan teknologi digital diniliai sangat baik, namun sulit mengontrol anak didik belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini menjadi pembelajaran, bagaimana mengarahkan dan mendidik agar anak tidak terbuai dengan gadget.

Dirinya juga menekankan kepada Gada AMS untuk melanjutkan program ini untuk dikembangkan di wilayah lainnya, khususnya di Jawa Barat, agar generasi muda bisa lebih cerdas dari para pendahulunya.

Komentar Via Facebook :