Gambaran Kecemasan Atlit Mahasiswa
Diskriminasi Usia dalam UKM Olahraga Kampus: Refleksi atas Inklusivitas Dunia Akademik

CYBER88 | Cilegon — Berikut adalah draft esai mengenai UKM olahraga di kampus yang membahas diskriminasi berdasarkan usia, terutama pada cabang olahraga senam:
Diskriminasi Usia dalam UKM Olahraga Kampus: Refleksi atas Inklusivitas Dunia Akademik
Kehidupan kampus adalah tempat yang seharusnya inklusif bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang, gender, atau usia. Namun, pada kenyataannya, diskriminasi masih sering terjadi, termasuk dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) olahraga. Salah satu contoh yang jarang dibahas adalah diskriminasi berdasarkan usia dalam olahraga senam.
Senam: Olahraga untuk Semua
Senam dikenal sebagai olahraga yang memadukan kekuatan, kelenturan, dan seni gerak tubuh. Secara ideal, senam seharusnya dapat dinikmati oleh semua kelompok usia karena manfaatnya yang luas, seperti meningkatkan kebugaran fisik dan mental. Namun, di banyak UKM olahraga kampus, senam sering kali hanya dianggap sebagai kegiatan untuk mahasiswa muda. Anggapan ini menciptakan batasan tidak tertulis bagi mahasiswa lintas usia yang ingin berpartisipasi.
Diskriminasi dalam Dunia Kampus
Diskriminasi usia dalam UKM olahraga biasanya muncul dari stereotip bahwa senam adalah olahraga yang membutuhkan fisik prima, yang diasosiasikan dengan kaum muda. Mahasiswa yang lebih tua sering dianggap kurang kompetitif atau tidak mampu mengikuti intensitas latihan. Sikap ini tidak hanya salah secara logis, tetapi juga bertentangan dengan semangat inklusivitas yang seharusnya dijunjung tinggi di dunia kampus.
Padahal, banyak mahasiswa dewasa atau lintas usia yang memiliki semangat, dedikasi, dan kemampuan fisik yang tidak kalah dibandingkan mahasiswa muda. Menutup peluang mereka untuk bergabung ke dalam UKM olahraga, seperti senam, berarti mengabaikan potensi besar yang mereka miliki untuk berkontribusi dalam lingkungan kampus.
Dampak Diskriminasi Usia
Diskriminasi usia memiliki dampak luas, tidak hanya pada individu yang mengalami tetapi juga pada komunitas kampus secara keseluruhan. Individu yang merasa tersingkirkan akan kehilangan rasa percaya diri dan kesempatan untuk menyalurkan minat atau bakatnya. Selain itu, kampus kehilangan keberagaman dan semangat kolaborasi yang dapat memperkaya kegiatan UKM.
Sebagai contoh, mahasiswa lintas usia yang bergabung dengan UKM senam dapat membawa pengalaman hidup yang berharga, menjadi inspirasi bagi anggota muda, atau bahkan menjadi mentor yang mampu membimbing secara lebih efektif.
Langkah Menuju Inklusivitas dalam UKM Olahraga
Untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, kampus perlu mengambil langkah nyata. Pertama, UKM olahraga harus menghapus batasan usia dalam rekrutmen anggota. Seleksi sebaiknya dilakukan berdasarkan kemampuan, minat, dan komitmen, bukan pada usia semata.
Kedua, kampus perlu memberikan edukasi kepada pengurus UKM tentang pentingnya inklusivitas dan penghapusan stereotip. Melalui seminar, pelatihan, atau diskusi, mahasiswa dapat diajak untuk memahami bahwa usia bukanlah penghalang dalam berprestasi di bidang olahraga.
Ketiga, penting bagi kampus untuk menyediakan program olahraga yang bersifat adaptif, di mana intensitas latihan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anggota. Dengan cara ini, mahasiswa dari berbagai usia dapat berpartisipasi tanpa merasa terbebani.
Kesimpulan
Dunia kampus bukan hanya milik kaum muda. Sebagai ruang akademik yang heterogen, kampus seharusnya menjadi tempat yang menghargai keberagaman, termasuk lintas usia. Dalam konteks UKM olahraga, terutama senam, diskriminasi usia harus segera dihapuskan agar semua mahasiswa, tanpa memandang umur, dapat merasakan manfaat olahraga dan berkontribusi dalam kehidupan kampus.
Dengan menanamkan semangat inklusivitas, kampus dapat menjadi cerminan dari masyarakat yang adil dan setara.
Penulis, Kumyati 13102300038
Fakultas FKIP Prodi PenJas
Dosen Desma Yuliadi Saputra, M.Pd
MK Bahasa Indonesia
Universitas Bina Bangsa Serang
Komentar Via Facebook :