GMNI Sukabumi Raya: Alun-Alun Gado Bangkong Monumen Kemewahan Semu di Atas Penderitaan Rakyat

GMNI Sukabumi Raya: Alun-Alun Gado Bangkong Monumen Kemewahan Semu di Atas Penderitaan Rakyat

CYBER88 | Sukabumi, -- Alun-alun Gado Bangkong yang berada di Palabuhanratu berdiri dengan megahnya.  Namun proyek yang menelan anggaran hampir Rp15,6 miliar itu belum lama sejak diresmikan, lantainya sudah ambles, cat memudar, dan fasilitas mulai rusak. Ini bukan semata-mata persoalan kualitas konstruksi—ini adalah potret dari sistem tata kelola yang keropos, pengawasan yang abai, dan visi pembangunan yang terlepas dari realitas kebutuhan rakyat.

Hal tersebut disampaikan Gilang Tri Buana Wakil Ketua Bidang Politik Hukum dan HAM DPC Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sukabumi Raya. Oleh karenanya, menurut dia, GMNI Sukabumi Raya memandang bahwa proyek ini bukanlah refleksi dari pembangunan yang berkeadilan. 

Menurutnya, bangunan tersebut telah menjadi simbol kemewahan semu. Bangunan yang lebih mencerminkan nafsu pencitraan politik ketimbang upaya untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat. 

“Apakah anggaran belasan miliar rupiah hanya untuk hasil seperti ini? Saat rakyat bertanya, pemerintah justru diam,” Ujar Gilang dalam keterangan tertulisnya yang diterima Cyber88.co.id Selasa (15/4/2025).

Bandingkan dengan kondisi di Nyalindung. Sebuah wilayah yang dilanda pergerakan tanah dan kerusakan infrastruktur. Jalan-jalan rusak, rumah-rumah retak, dan warga hidup dalam ketidakpastian, menanti relokasi atau bantuan yang tak kunjung datang. Ditengah derita rakyat Nyalindung, yang mereka lihat justru panggung mewah di pusat kota yang dibangun demi seremoni, bukan solusi.” Lanjut Gilang menegaskan.

Inilah wujud nyata ketimpangan pembangunan yang elitis, yang hanya mengabdi pada pusat kekuasaan dan melupakan pinggiran. Pemerintah lebih memilih merias wajah kota ketimbang menyentuh luka rakyat di desa-desa terdampak bencana. Dan ini bukan hal baru. Ini adalah pola berulang dari ketidakadilan struktural yang selama ini dibiarkan tumbuh.

GMNI Sukabumi Raya menegaskan bahwa kami bukan anti-pembangunan. Kami mendukung pembangunan yang adil, partisipatif, dan akuntabel. Tapi pembangunan tanpa integritas hanya akan menjadi tipu daya: membangun ilusi di atas penderitaan rakyat.

Alun-alun Gado Bangkong adalah simbol kebobrokan mewah di atas kertas, tapi hancur dalam kenyataan. Proyek ini mencerminkan bagaimana anggaran publik bisa diarahkan bukan untuk kebutuhan rakyat, tapi untuk proyek seremonial yang minim manfaat jangka panjang.
Saatnya rakyat bertanya lebih keras. Siapa yang diuntungkan oleh proyek ini? Siapa yang mengeruk keuntungan di balik anggaran miliaran? Dan siapa yang dikorbankan?

GMNI Sukabumi Raya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersuara, mengawasi, dan menuntut pertanggungjawaban. Kita tidak bisa terus-menerus dibius oleh retorika pembangunan tanpa keadilan,” Tutup Gilang.

Komentar Via Facebook :