Pelajar SMK Kritis Dianiaya, Brutalnya Oknum Sabhara Polda Banten Disorot

Pelajar SMK Kritis Dianiaya, Brutalnya Oknum Sabhara Polda Banten Disorot

Korban Arga dalam keadaan krisis .

CYBER88 | SERANG – Lagi-lagi, nama Polda Banten tercoreng. Seorang pelajar SMK bernama Arga kini terbaring kritis di ruang ICU RSUD Banten setelah diduga menjadi korban penganiayaan brutal oleh oknum polisi dari fungsi Sabhara. Insiden berdarah itu terjadi Minggu (23/8/2025) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB di kawasan Cilaku, KP3B.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, Arga dihantam dengan helm dan dipukul berulang kali menggunakan tongkat polisi hingga terkapar tak berdaya. Saat ini nyawanya masih bergantung pada perawatan intensif dokter, dengan kemungkinan selamat yang sangat tipis.

Orang tua korban, Benny Permadi, tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kondisi anaknya.
"Kami kaget tiba-tiba dapat kabar anak saya masuk rumah sakit di ruang IGD. Polisi bilang anak saya kecelakaan lalu lintas. Awalnya saya percaya, tapi lama-lama curiga dengan gelagat polisi yang terus menunggui anak saya di rumah sakit. Mereka hanya bilang ‘atas perintah pimpinan’. Ternyata anak saya dipukul, bukan kecelakaan. Kami sangat kecewa,” ungkap Benny dengan nada getir.

Benny menegaskan, jika anaknya memang melakukan pelanggaran lalu lintas, seharusnya bisa dibina, bukan dianiaya.
"Kalau pun salah karena pakai knalpot racing atau tidak pakai helm, cukup ditegur atau hubungi orang tuanya. Bukan malah dipukul sampai kritis. Ini tindakan kejam! Kami menuntut keadilan dan pertanggungjawaban penuh dari Polda Banten,” tegasnya.

Seorang saksi mata mengungkapkan bahwa malam itu dirinya bersama tiga rekan lain, termasuk Arga, tengah berkendara usai mengambil sparepart motor. Saat melintas, rombongan polisi patroli dengan motor trail langsung mengejar dan melakukan tindak kekerasan.

"Kami panik karena memang tidak pakai helm dan motor knalpot racing. Polisi langsung memukul dengan helm ke arah badan. Saya masih bisa bertahan, tapi Arga kena pukul di kepala, jatuh pingsan, lalu tetap dipukuli pakai tongkat dan helm. Kami siap jadi saksi, karena kami tidak terima sahabat kami diperlakukan seperti ini,” ujar saksi dengan nada marah.

Seorang dokter RSUD Banten yang menangani Arga membenarkan kondisi korban sangat kritis.
"Bagian bawah kepala hancur akibat benda tumpul, tengkorak bergeser. Hampir mustahil selamat. Kalaupun selamat, kemungkinan besar cacat permanen,” ungkapnya lirih.

Kasus ini menambah daftar panjang kekerasan aparat yang seharusnya memberi rasa aman bagi masyarakat. Publik kini menuntut langkah tegas: seret oknum Sabhara ke meja hijau, hentikan budaya brutal di tubuh Polda Banten, dan wujudkan keadilan untuk Arga.

Komentar Via Facebook :