Pupusnya Tradisi Imlek di Kalangan Masyarakat Tionghoa Marunda

Pupusnya Tradisi Imlek di Kalangan Masyarakat Tionghoa Marunda

Kho Kim Gan alias Harta, salah seorang warga keturunan Tionghoa di kawasan Marunda.

CYBER88 | Jakarta - Imlek hari ke-2 Cyber88 menelusuri jejak tradisi Imlek kalangan keturunan Tionghoa di kawasan Marunda. 

Ajid Durohim tokoh masyarakat asli kelahiran Kongsi, yang juga adalah Ketua RW 011 Kelurahan Marunda saat sekarang ini, mengatakan bahwa hampir tidak ada lagi warga keturunan Tionghoa di Marunda yang merayakan tradisi Imlek. Senin, (23/01/23).

"Maksudnya, bukannya tidak ada sama sekali. Tapi, mungkin, tradisi itu dirayakan hanya sebatas keluarga saja. Tidak meriah seperti dulu lagi," ungkapnya.

Berdasarkan sebuah hipotesis yang ditelusuri oleh Cyber88, keberadaan masyarakat Tionghoa di kawasan Marunda tidak bisa dipisahkan dari eksistensi wilayah Bekasi, karena di masa lalu wilayah Marunda adalah bagian dari Bekasi sebelum kemudian beralih menjadi bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang letaknya paling utara, masuk wilayah administratif Kota Jakarta Utara. 

Cikal bakalnya terkait erat dengan peristiwa pembangkangan warga Tionghoa terhadap penjajahan Belanda di Batavia (diperkirakan tahun 1740) kemudian mereka melakukan eksodus besar-besaran ke wilayah Bekasi, Karawang, dan sekitarnya.

Dari Ajid Durohim, Cyber88 mendapat sejumlah nama warga yang diidentifikasi masih memiliki garis keturunan berdarah Tionghoa.

Kamto asli kelahiran Kongsi, Marunda, mengungkapkan, "Proses asimilasi kalangan warga keturunan Tionghoa di kawasan Marunda sudah sejak lama terjadi, sudah melalui proses dari generasi ke generasi. Saya sendiri yang masih berdarah Tionghoa sudah tidak lagi mengikuti tradisi (Imlek) tersebut. Bukannya saya tidak menghormati tradisi leluhur, tapi karena orang tua saya pun sudah tidak melakukannya lagi," ujar lelaki bertubuh gempal bermata agak sipit itu.

"Pokoknya, menurut pengamatan saya, hampir tidak ada lagi warga keturunan Tionghoa di sini yang merayakan Imlek," tambahnya meyakinkan Cyber88.

Kho Kim Gan alias Harta adalah salah satu warga keturunan Tionghoa yang tinggal di kawasan Rusunawa Marunda hasil relokasi tahun 2013, saat Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Jokowi-Ahok.

Pria berusia 33 tahun itu mengatakan bahwa banyak keluarganya yang beralih menjadi mualaf, tapi tradisi Imlek tetap dirayakan meskipun hanya sebatas kalangan keluarganya saja.

Orang tuanya bernama Oey Alim Prayitno yang tinggal di Blok B-8 masih mengikuti tradisi Imlek meskipun sebatas keluarga saja.

"Dan memang tidak semeriah Imlek di tahun-tahun sebelumnya," ujar Harta yang nama Tionghoa-nya adalah Kho Kim Gan.

"Kita tetap saling kunjung antar keluarga saat Imlek meskipun sudah mualaf," tambahnya lagi.

Seperti juga lebaran dan natalan, Imlek juga adalah tradisi yang berakar dari dogma -- dan harus bersentuhan dengan kenyataan-kenyataan empiris seiring dengan proses perubahan zaman.

Dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, dan dari generasi ke generasi.

Komentar Via Facebook :